Langsung ke konten utama

Refleksi: Ketika Passion Bertemu Realita Dunia Kerja

Udah lama ya nggak nulis. Kali ini aku mau sharing sedikit ilmu yang aku pelajari selama kerja. Semoga bermanfaat ya! xxiixixix This is based on my own experience  aku jalaninnya learning by doing tanpa banyak berekspektasi. Jadi, feel free kalau ada masukan atau tambahan insight . Dalam peranku sekarang, aku belajar banyak hal yang berhubungan dengan HR, bisa dibilang jauh banget dari major kuliahku, haha. Tapi ternyata ada juga bagian people and culture yang bisa aku terapkan di sini. Dari situ aku mulai paham, dunia kerja itu dinamis banget dan banyak hal menarik yang perlu kita pelajari. Tau nggak sih, ternyata ada banyak hal yang job seekers alami di tengah dunia industri yang kompleks sekarang ini. Kenyataannya, demand dan supply antara pencari kerja dan pemberi kerja sering kali berbanding terbalik. Ini jadi isu besar yang sering banget dibahas, dan kadang malah berujung pada surplus tenaga kerja. Tapi kalau kita lihat dari sisi lain, ada beberapa faktor besar kenapa ...

Refleksi: Ketika Passion Bertemu Realita Dunia Kerja

Udah lama ya nggak nulis. Kali ini aku mau sharing sedikit ilmu yang aku pelajari selama kerja. Semoga bermanfaat ya! xxiixixix

This is based on my own experience aku jalaninnya learning by doing tanpa banyak berekspektasi. Jadi, feel free kalau ada masukan atau tambahan insight.

Dalam peranku sekarang, aku belajar banyak hal yang berhubungan dengan HR, bisa dibilang jauh banget dari major kuliahku, haha. Tapi ternyata ada juga bagian people and culture yang bisa aku terapkan di sini. Dari situ aku mulai paham, dunia kerja itu dinamis banget dan banyak hal menarik yang perlu kita pelajari.

Tau nggak sih, ternyata ada banyak hal yang job seekers alami di tengah dunia industri yang kompleks sekarang ini.

Kenyataannya, demand dan supply antara pencari kerja dan pemberi kerja sering kali berbanding terbalik. Ini jadi isu besar yang sering banget dibahas, dan kadang malah berujung pada surplus tenaga kerja. Tapi kalau kita lihat dari sisi lain, ada beberapa faktor besar kenapa hal ini bisa terjadi :

Pertama, Tingginya Persaingan Kerja. Bayangin deh, setiap tahun jumlah fresh graduate di Indonesia terus naik, tapi lapangan kerja nggak bertambah secepat itu. Mereka semua berlomba-lomba mencari posisi yang terbatas. Akhirnya, kompetisi pun makin ketat.

Kedua, Kandidat yang Berpengalaman. Nggak cuma fresh graduate, mereka yang sudah punya pengalaman 2–5 tahun juga harus bersaing. Kadang mereka bukan lagi di tahap entry level, tapi tetap harus berjuang dengan kondisi yang berbeda-beda. 

Ketiga, Switch Career. Menurutku ini hal yang sering diabaikan tapi efeknya besar banget. Karena saat seseorang ganti jalur karier, dia harus bersaing dengan kandidat yang memang ahli di bidang itu, lulusan yang linear, punya sertifikasi, dan pengalaman relevan. Jadinya persaingan makin ketat. Ditambah profesi yang linear dengan jurusan kita itu sedikit banget plus kompetitif banget. Jadi mau gamau harus banting stir kan.

Keempat, Keluar dari Zona Nyaman. Dari pengalaman orang terdekatku, alasan seseorang berpindah kerja bisa beragam. Ada yang dulunya develop sebuah company terus collapse atau pailit ya mau ga mau. Harus berfikir keras untuk bangkit, yang pada akhirnya mereka lebih memilih kerja di tempat yang stabil dan minim resiko. Faktor pentingnya adalah ekonomi. Bahkan ada yang ingin mencari pengalaman di luar dengan harapan dapat menerapkan ilmu yang didapat untuk dikembangkan pada bisnis keluarganya. Semua pilihan itu valid dan punya ceritanya masing-masing.

Kelima, Nepotisme dan Networking. Jujur aja, hal ini masih cukup kuat di Indonesia. Banyak yang bilang, “kalau nggak punya orang dalam, susah.” Tapi aku pribadi melihatnya dari dua sisi. Satu sisi, perusahaan bisa jadi memilih orang yang sudah dikenal karena sudah paham cara kerjanya dan karakternya. Tapi di sisi lain, buat kita yang belum punya koneksi, kita tetap bisa bersaing lewat skill dan attitude yang kita miliki.

Di umur muda, membangun network itu penting banget. Suatu saat, ketika kita ingin berbisnis atau berkolaborasi, jaringan itu bisa jadi aset berharga meskipun kadang sifatnya transaksional, tapi itulah realitas dunia saat ini.

Kenam, Universitas Asal. Sekarang, beberapa perusahaan besar memang mensyaratkan lulusan top tier university. Alasannya, karena dianggap lebih “secure” atau sudah lebih dulu terseleksi. Padahal, kampus swasta juga banyak yang kualitasnya nggak kalah bagus. Namun, pandangan ini tetap ada, terutama di bidang jasa profesional, di mana reputasi institusi dianggap sebagai jaminan kredibilitas.

Bisa dibilang, ada banyak faktor yang memengaruhi dinamika ketenagakerjaan di Indonesia. Tapi dari pengalaman pribadiku, ada beberapa hal yang bisa kita siapkan biar peluang kerja kita lebih besar :

1️⃣ CV yang Menarik

Recruiter biasanya cuma butuh sekitar 5 menit buat baca CV. Jadi pastikan CV kamu rapi, terstruktur, dan relevan dengan posisi yang kamu lamar.

Kalau kamu apply posisi admin, fokusin ke pengalaman administratif jangan malah masukin hal yang nggak nyambung kayak desain grafis.

Sesuaikan CV dengan job description perusahaan, karena mereka cari kandidat yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

2️⃣ Nilai Tes

Hampir semua perusahaan kasih tes sebelum tahap interview. Jadi penting banget buat belajar dulu baik itu psychotest maupun tes profesi.

Misalnya untuk posisi admin, pelajari dasar Excel seperti rumus SUM, IF, atau VLOOKUP. Karena hasil tes ini bisa jadi penentu lolos ke tahap berikutnya.

3️⃣ Interview HR & User

Tahap ini biasanya jadi penentuan akhir. Di sini sikap dan cara berpikir kamu bakal dinilai.

Dari pengalamanku, perusahaan lebih suka kandidat yang tenang dan bisa menjawab pertanyaan dengan logis. Bahkan kalau nilai tes kamu kurang pun, good manner bisa jadi nilai plus. Karena skill bisa dibangun, tapi attitude melengkat dalam diri seseorang.

Segitu dulu sharingku kali ini.

Semoga bermanfaat, dan feel free kalau mau diskusi atau sharing pengalaman juga. ✨

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Telling About My Mind "Feminism"

 Hallo dears, apa kabar? semoga kalian sehat selalu ya.  Btw, tulisan ini aku tulis murni pendapatku, jika ada yang perlu dikritik silakan saja. Aku terbuka akan itu.  Semua yang aku ceritakan base of my experience yah.  Tiga tahun berkecimpung dalam dunia feminis bukanlah hal yang cukup mudah bagi ku. Pergejolakan batin dan logika yang sering ga selaras membuat aku terus berpikir apakah aku harus berhenti disini atau terus lanjut. Ternyata aku menemukan jawaban dari semua pertanyaan ku dari beberapa orang yang aku temui. Dan aku memutuskan untuk keluar dan menjalankan cara ku sendiri.  Setelah menganalisis dan mengamati lebih dalam, beberapa organisasi yang ku lihat mereka menerapkan pendekatan "maskulinitas" untuk merebut kekuasaan. Walaupun tidak semunya bisa digeneralisasikan. Memang tidak ada yang salah menyuarakan kesetaraan gender sebagai isu penting dalam diri seseorang. Tetapi kita bisa melakukan pendekatan secara soft bukan? dengan memainkan unsur logi...

Freedom Of Countries

Api gemerlep malam menghiasi langit untuk melakukan transisi. Sebuah hal baru telah dimulai dengan cerita penuh warna di dalamnya. Semua orang adalah aktor utama dalam hidupnya sendiri. Mereka menjadi sutradara dalam pena kehidupan mereka.  Ya, memang begitu alur sebuah fase kehidupan. Beberapa jiwa yang ada di dunia ini, berusaha keras untuk memperjuangkan hidup mereka. Di tengah selimut trauma akan kehancuran dan kematian yang bisa kapan pun terjadi.  Dunia hanya dikuasai oleh "para kapitalis" dan "tangan kotor" para penguasa. Tak terlintas dalam sebuah pemikiran untuk memanusiakan manusia. Saat ini semuanya hanya diam melihat ketidakadilan yang terjadi. Mereka berpikir hanya sebatas isu suku, ras, regional, dan agama semata.  Padahal, ini semua lebih dari itu. Elite barat yang dibentuk untuk selalu menyuarakan nilai. Seperti terkikis oleh waktu.  Ada pihak yang bilang, jika ingin seperti itu kamu akan kehilangan egoisme dalam hidupmu. Bergerak dalam sebuah isu ke...